by

Imlek Nasional: Presiden Tekankan Etos Kerja Keras

TANGERANG, NAGARA.ID – Perayaan Imlek bukan lagi milik suku Tionghoa Indonesia melainkan sudah menjadi milik seluruh komponen bangsa Indonesia.  Hal ini disampaikan Ketua Panitia Imlek Nasional 2020, G. Sulistiyanto di ICE BSD, Serpong, yang dihadiri Presiden Joko Widodo, Kamis (30/1).

Perayaan tahun ini, menurutnya mengangkat keragaman dan persatuan yang telah menjadi keseharian perjalanan bangsa Indonesia. Sebagaimana asimilasi budaya menjadikan Tahun Baru Imlek yang awalnya adalah tradisi bangsa Tiongkok, kemudian menyebar ke pelosok dunia melalui para diaspora mereka, termasuk ke Indonesia yang menjadi sebuah agenda budaya yang dapat menjangkau dan dinikmati siapa pun.

Dalam sambutannya Presiden Jokowi menekankan petingnya budaya bekerja keras dan cepat. “Kondisi ekonomi saat ini sedang melambat, sehingga jika kita bekerja biasa-biasa aja akan sangat berbahaya bagi perekonomian Indonesia. Kerja cepat diperlukan sekarang ini karena negera yang cepat akan mengalahkan yang lambat, bukan lagi negara besar menggungguli yang lebih kecil,” ujar Jokowi.

Ia mencontohkan masyarakat Tionghoa Indonesia yang memiliki kultur kerja keras, “Kita harus mengakui keturunan Tionghoa adalah pekerja keras. Kalau mereka sukses, kita maklum. ”Kerja keras menjadi pesan utama Presiden karena di awal pidatonya ia menyampaikan dirinya ber-shio kerbau, “Katanya saya harus bekerja keras. Padahal selama lima tahun, saya sudah bekerja super keras.”

Bahkan dalam kesempatan yang sama, Jokowi sempat meminta peraih medali emas bulutangkis tunggal putri di Olimpiade Barcelona, Susi Susanti naik ke podium dan bertanya apa yang dilakukan menjelang olimpiade, yang dijawab Susi dengan latihan rutin hingga 9 jam setiap hari.

Bentuk persatuan dalam keragaman dalam perayaan Imlek kali ini, tercermin melalui busana yang dikenakan oleh Presiden dan Ibu Negara, yakni pakaian tradisional masyarakat Tionghoa, Cheongsam. Sementara jajaran panitia yang hadir, mengenakan busana tradisional dari berbagai daerah Nusantara.

“Kehadiran Presiden dan Ibu Negara menjadi perlambang restu Pemerintah atas upaya kita: Bersatu untuk Indonesia Maju,” kata Sulistiyanto. “Ini penanda bahwasanya perayaan Imlek di Indonesia tidak berdiri sendiri, bukanlah milik suku Indonesia Tionghoa semata,” ujarnya.

Perayaan yang dihadiri lebih dari 10.000 undangan  ini mengangkat pula semangat kepedulian dan berbagi, seperti terasakan melalui kehadiran pengusaha mikro kecil dari kalangan masyarakat Tionghoa, yang menyediakan ragam hidangan khas perayaan Imlek, berikut pembagian amplop angpau bagi setiap hadirin, sebagai simbolisasi tanda kasih.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

9 − 7 =